Kumpulan Makalah
Friday, 2024-05-03, 11:14 AM
Welcome Guest | RSS
 
Main RegistrationLogin
Site menu
News topics
Internet [71]
Filsafat [2]
Komputer [2]
Kewarganegaraan [1]
Kata Pengantar [1]
Tips [7]
Keperawatan Dan Kesehatan [3]
Our poll
Rate my site
Total of answers: 26
Main » 2009 » March » 10 » KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN
KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN
6:48 AM

A.  KEBUDAYAAN, KESEHATAN ORANG PAPUA

DALAM PERSPEKTIF ANTROPOLOGI KESEHATAN

Orang Papua berdasarkan kajian-kajian etnografi mempunyai keanekaragaman kebudayaan yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Tidak hanya saja pada keanekaragaman kebudayaan tetapi dalam semua unsure kebudayaan mempunyai keaneka ragaman yang berbeda satu sama lainnya.

Keaneka ragaman ini juga melukiskan adanya perbedaan terhadap pandangan serta pengetahuan tentang kesehatan. Kalau dilihat kebudayaan sebagai pedoman dalam berperilaku setiap individu dalam kehidupannya, tentu dalam kesehatan orang Papua

mempunyai seperangkat pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kesehatan berdasarkan perspektif masing-masing suku bangsa. Keaneka ragaman dalam kebudayaan baik dalam unsur mata pencaharian, ekologi  kepercayaan/religi, organisasi sosial, dan lainnya secara langsung memberikan pengaruh terhadap kesehatan para warganya. Dengan demikian secara kongkrit orang Papua mempunyai seperangkat pengetahuan berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing dalam menanggapi masalah kesehatan.

Kajian etnografi ini akan memberikan ilustrasi tentang bagaimana kebudayaan, kesehatan orang Papua berdasarkan perspektif antropologi, yang dapat memberikan pemahaman kesehatan secara kultural.

 

B.  KEBUDAYAAN DAN PERILAKU SEBAGAI KONSEP DASAR

 

Kebudayaan sebagai pedoman dalam kehidupan warga penyandangnya jauh lebih kompleks dari sekedar menentukan pemikiran dasar, karena kenyataan kebudayaan itu sendiri akan membuka suatu cakrawala kompetensi dan kinerja manusia sebagai makhluk sosial yang fenomenal. Untuk itu dapatlah dikemukakan beberapa rumusan kebudayaan:

 

“…dalam konteks suatu aliran atau golongan teori kebudayaan yang besar

pengaruhnya dalam kajian antropologi, atau yang dikenal dengan “Ideasionalisme”

(ideationalism) (Keesing, 1981; Sathe, 1985) dalam kajian khususnya kesehatan.

Goodenough mengemukakan bahwa kebudayaan adalah suatu sistem kognitif- suatu

sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada dalam

pikiran anggota-anggota individual masyarakat. Ini berarti bahwa kebudayaan berada

dalam “tatanan kenyataan yang ideasional”. Atau kebudayaan merupakan

perlengkapan mental yang oleh anggota-anggota masyarakat dipergunakan dalam

proses-proses orientasi, transaksi, pertemuan, perumusan gagasan, penggolongan, dan

penafsiran perilaku sosial nyata dalam masyarakat. Dengan demikian merupakan

pedoman bagi anggota-anggota masyarakat untuk berperilaku sosial yang baik/pantas

dan sebagai penafsiran bagi perilaku orang-orang lain. Hal yang sama pula

dikemukakan oleh Sathe (1985:10) bahwa kebudayaan adalah gagasan-gagasan dan

asumsi-asumsi penting yang dimiliki suatu masyarakat yang menentukan atau

mempengaruhi komunikasi, pembenaran, dan perilaku anggota-anggotanya

(Kalangie,1994:1-2).

 

Pemahaman kebudayaan seperti dalam konteks ideasionalisme bukan hanya mengacu pada tipe-tipe masyarakat, suku bangsa, tetapi terilihat juga pada sistem-sistem yang formal (organisasi formal dalam membicarakan pengaruh-pengaruh kebudayaan birokratisme dan profesionalisme). Untuk dapat memahami rumusan kebudayaan, tidaklah berpendapat bahwa seluruh kelompok masyarakat memiliki kesatuan kebudayaan, tetapi masing-masing kelompok masyarakat menunjukkan adanya perbedaan budaya secara nyata (Geertz, 1966).

Perilaku terwujud secara nyata dari seperangkat pengetahuan kebudayaan. Bila berbicara tentang sistem budaya, berarti mewujudkan perilaku sebagai suatu tindakan yang kongkrit dan dapat dilihat , yang diwujudkan dalam sistem sosial di lingkungan warganya. Berbicara tentang konsep perilaku, hal ini berarti merupakan satu kesatuan dengan konsep kebudayaan. Perilaku kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan sosialnya, berkaitan dengan terapi, pencegahan penyakit (fisik, psikis, dan sosial) berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing.

 

Kebudayaan mempunyai sifat yang tidak statis, berarti dapat berubah cepat atau lambat karena adanya kontak-kontak kebudayaan atau adanya gagasan baru dari luar yang dapat mempercepat proses perubahan. Hal ini berarti bahwa terjadi proses interaksi antara pranata dasar dari kebudayaan penyandangnya dengan pranata ilmu pengetahuan yang baru akan menghasilkan pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung yang mengakibatkan terjadinya perubahan gagasan budaya dan pola perilaku dalam masyarakat secara menyeluruh atau tidak menyeluruh. Ini berarti bahwa, persepsi warga masyarakat penyandang kebudayaan mereka masingmasing akan menghasilkan suatu pandangan atau persepsi yang berbeda tentang suatu pengertian yang sama dan tidak sama dalam konteks penyakit, sehat, sakit.

 

Dengan demikian, nampaknya ada kelompok yang lebih menekankan pada terapi adikodrati (personalistik), sedangkan lainnya pada naturalisti berdasarkan prinsip-prinsip keseimbangan tubuh. Hal ini berarti masyarakat ada yang menekankan pada penjelasan sehat-sakit berdasarkan pemahaman mereka secara emik pada konsep personalistik maupun naturalistik. Jadi keaneka ragaman persepsi sehat dan sakit itu ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma kebudayaan masing-masing masyarakat penyandang kebudayaannya masing-masing. Dapatlah dikatakan bahwa kebudayaanlah yang menentukan apa yang menyebabkan orang menderita sebagai akibat dari perilakunya.

 

Sehubungan dengan hal di atas, maka kebudayaan sebagai konsep dasar, gagasan budaya dapat menjelaskan makna hubungan timbal balik antara gejala-gejala sosial (sosiobudaya) dari penyakit dengan gejala biologis (biobudaya) seperti apa yang dikemukakan oleh Anderson/Foster. Berarti orang Papua sebagai suatu kelompok masyarakat yang mempunyai seperangkat pengetahuan, nilai, gagasan, norma, aturan sebagai konsep dasar dari kebudayaan, akan mewujudkan bentuk-bentuk perilakunya dalam kehidupan sosial. Perilaku itu akan mewujudkan perbedaan persepsi terhadap suatu konsep sehat, sakit, penyakit secara kongkrit berbeda dengan kelompok etnik lainnya. Apalagi dengan adanya keaneka ragaman kebudayaan pada orang Papua, tentu secara kongkrit akan mewujudkan adanya perbedaan persepsi dalam menyatakan suatu gejala kesehatan.

 

C. KONSEP SEHAT DAN SAKIT

C.1. KONSEP SEHAT

 

Konsep “Sehat” dapat diinterpretasikan orang berbeda-beda, berdasarkan komunitas. Sebagaimana dikatakan di atas bahwa orang Papua terdiri dari keaneka ragaman kebudayaan, maka secara kongkrit akan mewujudkan perbedaan pemahaman terhadap konsep sehat yang dilihat secara emik dan etik. Sehat dilihat berdasarkan pendekatan etik, sebagaimana yang yang dikemukakan oleh Linda Ewles & Ina Simmet (1992) adalah sebagai beriku:

 

(1) Konsep sehat dilihat dari segi jasmani yaitu dimensi sehat yang paling nyata

karena perhatiannya pada fungsi mekanistik tubuh;

(2) Konsep sehat dilihat dari segi mental, yaitu kemampuan berpikir dengan jernih dan

koheren. Istilah mental dibedakan dengan emosional dan sosial walaupun ada

hubungan yang dekat diantara ketiganya;

(3) Konsep sehat dilihat dari segi emosional yaitu kemampuan untuk mengenal emosi

seperti takut, kenikmatan, kedukaan, dan kemarahan, dan untuk mengekspresikan

emosi-emosi secara cepat;

(4) Konsep sehat dilihat dari segi sosial berarti kemampuan untuk membuat dan

mempertahankan hubungan dengan orang lain;

(5) Konsep sehat dilihat dari aspek spiritual yaitu berkaitan dengan kepercayaan dan

praktek keagamaan, berkaitan dengan perbuatan baik, secara pribadi, prinsip-prinsip

tingkah laku, dan cara mencapai kedamaian dan merasa damai dalam kesendirian;

(6) Konsep sehat dilihat dari segi societal, yaitu berkaitan dengan kesehatan pada

tingkat individual yang terjadi karena kondisi-kondisi sosial, politik, ekonomi dan

budaya yang melingkupi individu tersebut. Adalah tidak mungkin menjadi sehat dalam

masyarakat yang “sakit” yang tidak dapat menyediakan sumber-sumber untuk

pemenuhan kebutuhan dasar dan emosional. (Djekky, 2001:8)

Konsep sehat tersebut bila dikaji lebih mendalam dengan pendekatan etik

yang dikemukakan oleh Wold Health Organization (WHO) maka itu berart

bahwa:

Sehat itu adalah “a state of complete physical, mental, and social well being, and not

merely the absence of disease or infirmity” (WHO,1981:38) Dalam dimensi ini jelas

terlihat bahwa sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan juga kondisi

mental dan sosial seseorang. Rumusan yang relativistic mengenai konsep ini

dihubungkan dengan kenyataan akan adanya pengertian dalam masyarakat bahwa ide

kesehatan adalah sebagai kemampuan fungsional dalam menjalankan peranan-peranan

sosial dalam kehidupan sehari-hari (Wilson, 1970:12) dalam Kalangie (1994:38).

Namun demikian bila kita kaitkan dengan konteks sehat berdasarkan pendekatan secara emik bagi suatu komunitas yang menyandang konsep kebudayaan mereka, ada pandangan yang berbeda dalam menanggapi konsep sehat tadi. Hal ini karena adanya pengetahuan yang berbeda terhadap konsep sehat, walaupun secara nyata akan terlihat bahwa seseorang secara etik dinyatakan tidak sehat, tetapi masih dapat melakukan aktivitas sosial lainnya. Ini berarti orang tersebut dapat menyatakan dirinya sehat. Jadi hal ini berarti bahwa seseorang berdasarkan kebudayaannya dapat menentukan sehat secara berbeda seperti pada kenyataan pendapat di bawah ini sebagai berikut:

Adalah kenyataan bahwa seseorang dapat menentukan kondisi kesehatannya baik

(sehat) bilamana ia tidak merasakan terjadinya suatu kelainan fisik maupun psikis.

Walaupun ia menyadari akan adanya kelainan tetapi tidak terlalu menimbulkan

perasaan sakit, atau tidak dipersepsikan sebagai kelainan yang memerlukan perhatian

medis secara khusus, atau kelainan ini tidak dianggap sebagai suatu penyakit. Dasar

utama penetuan tersebut adalah bahwa ia tetap dapat menjalankan peranan-peranan

sosialnya setiap hari seperti biasa.

Standard apa yang dapat dianggap “sehat” juga bervariasi. Seorang usia lanjut dapat

mengatakan bahwa ia dalam keadaan sehat pada hari ketika Broncitis Kronik

berkurang sehingga ia dapat berbelanja di pasar. Ini berarti orang menilai

kesehatannya secara subyektif, sesuai dengan norma dan harapan-harapannya. Inilah

salah satu harapan mengapa upaya untuk mengukur kesehatan adalah sangat sulit.

Gagasan orang tentang “sehat” dan merasa sehat adalah sangat bervariasi. Gagasangagasan

itu dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai, norma dan harapanharapan.

(Kalangie, 1994:39-40)

 

C.2. KONSEP SAKIT

Sakit dapat diinterpretasikan secara berbeda berdasarkan pengetahuan secara ilmiah dan dapat dilihat berdasarkan pengetahuan secara budaya dari masing-masing penyandang kebudayaannya. Hal ini berarti dapat dilihat berdasarkan pemahaman secara “etik” dan “emik”. Secara konseptual dapat disajikan bagaimana sakit dilihat secara “etik” yang dikutib dari Djekky (2001: 15) sebagai berikut :

Secara ilmiah penyakit (disease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu

organisme sebagai akibat terjadi infeksi atau tekanan dari lingkungan, jadi penyakit itu

bersifat obyektif. Sebaliknya sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap

pengalaman menderita suatu penyakit (Sarwono, 1993:31). Fenomena subyektif ini

ditandai dengan perasaan tidak enak. Di negara maju kebanyakan orang mengidap

hypo-chondriacal, ini disebabkan karena kesadaran kesehatan sangat tinggi dan takut

terkena penyakit sehingga jika dirasakan sedikit saja kelainan pada tubuhnya, maka

akan langsung ke dokter, padahal tidak terdapat gangguan fisik yang nyata. Keluhan

psikosomatis seperti ini lebih banyak ditemukan di negara maju daripada kalangan

masyarakat tradisional. Umumnya masyarakat tradisional memandang seseorang

sebagai sakit, jika orang itu kehilangan nafsu makannya atau gairah kerjanya, tidak

dapat lagi menjalankan tugasnya sehari-hari secara optimal atau kehilangan

kekuatannya sehingga harus tinggal di tempat tidur (Sudarti, 1988).

Sedangkan secara “emik” sakit dapat dilihat berdasarkan pemahaman konsep kebudayaan masyarakat penyandang kebudayaannya sebagaimana dikemukakan di bawah ini:

Foster dan Anderson (1986) menemukan konsep penyakit (disease) pada masyarakat

tradisional yang mereka telusuri di kepustakaan-kepustakaan mengenai etnomedisin,

bahwa konsep penyakit masyarakat non barat, dibagi atas dua kategori umum yaitu:

(1) Personalistik, munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi dari suatu

agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk supranatural (mahluk gaib atau dewa),

mahluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun mahluk

manusia (tukang sihir, tukang tenung).

(2) Naturalistik, penyakit (illness) dijelaskan dengan istilah-istilah yang sistematik dan

bukan pribadi. Naturalistik mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi

karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada

dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah

dan lingkungan sosialnya, apabila keseimbangan terganggu, maka hasilnya adalah

penyakit (1986;63-70)

Category: Keperawatan Dan Kesehatan | Views: 5186 | Added by: makalah | Rating: 4.0/1 |
Total comments: 4
4 fefsbreenovep  
0
Друзья, хочу поделиться с вами интересной идеей зароботка в сети интернет.
С первоочередной информацией можно ознакомиться на сайте Sabumoney.com
Владеете информацией ... правите сами знаете чем. :)

3 InfinnaMamdit  
0
Уважаемые соискатели зароботка в интренете. Вашему вниманию хочу предложить блестящую идею.
Информацию можно узнать на сайте Sabumoney.com
Для общего развития рекмендую ознакомиться ...

2 in  
0
tanks yuaaaaaaaaaaaaaaa

1 nongsonny  
0
moga semua tlisan dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacax

Name *:
Email *:
Code *:
Login form
News calendar
«  March 2009  »
SuMoTuWeThFrSa
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031
Search
Site friends
Statistics
Copyright MyCorp © 2024
Make a free website with uCoz